Gagang Golok Kayu SECANG BRAHMA Ukir Naga Model 01
Selamat Datang di blog kami NATURALLY CRAFT JEMBER sajian blog tentang penjualan produk herbal khas nusantara dari berbagai daerah dengan memanfaatkan potensi alam nusantara. Berikut ini adalah produk Gagang Golok Kayu SECANG BRAHMA Ukir Naga Model 01, Persembahan team NATURALLY CRAFT JEMBER kami jual dengan harga :
Selamat Datang di blog kami NATURALLY CRAFT JEMBER sajian blog tentang penjualan produk herbal khas nusantara dari berbagai daerah dengan memanfaatkan potensi alam nusantara. Berikut ini adalah produk Gagang Golok Kayu SECANG BRAHMA Ukir Naga Model 01, Persembahan team NATURALLY CRAFT JEMBER kami jual dengan harga :
Berikut ini adalah foto produk yang kami tawarkan dan untuk melihat foto satu persatu siilahkan pelajari gambar di bawah ini dengan menggeser pada scroll yang tersendia.
Untuk melihat dan mempelajari terkait dengan artikel produkanda dapat menyimak tulisan di bawah ini.
By : M
Imron Pribadi
KODE PRODUK : NCJGGKSBUN1
Berikut Ini Deskripsi tentang Kayu SECANG
KAYU SECANG
BERSAMBUNG ........
KODE PRODUK : NCJGGKSBUN1
Berikut Ini Deskripsi tentang Kayu SECANG
KAYU SECANG
Secang atau
Caesalpinia sappan L merupakan tanaman semak atau pohon rendah dengan
ketinggian 5-10 m. Tanaman untuk termasuk famili Leguminoceae dan diketahui
tersebar di wilayah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika. Di Indonesia tanaman
ini banyak tumbuh di Jawa, pada ketinggian 1-1700 dpl, ditanam sebagai
pembatas, atau tumbuh liar secara lokal.Menurut Holinesti (2009), tumbuhan
secang yang memiliki nama ilimiah Caesalpinia sappan L. dikenal dengan
bermacam-macam sebutan nama di berbagai daerah di Indonesia, antara lain :
Seupeueng (Aceh), Sepang (Gayo), Sopang (Batak), Lacang (Minangkabau), Secang
(Sunda), Kayu secang (Jawa Tengah), Kayu secang (Madura), Cang (Bali), Sepang
(Sasak), Supa (Bima), Sepel (Timor), Hape (Sawu), Hong (Alor), Sepe (Roti),
Kayu sema (Manado), Dolo (Bare), Sappang (Makasar), Sepang (Bugis), Sefen
(Halmahera), Sawela (Halmahera utara), Sunyia (Ternate), dan Roro (Tidore).Kayu
secang sangat dikenal terutama di Sulawesi sebagai pemberi warna pada air minum
yang dikenal sebagai teh secang. Kayu secang juga merupakan salah satu ramuan
yang digunakan dalam pembuatan minuman tradisional Betawi bir pletok yaitu
sebagai pemberi warna (Winarti dan Nurdjanah, 2005). Menurut Sundari dkk
(1988), kayu secang memiliki rasa sedikit manis dan hampir tidak berbau dan
sering juga digunakan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit.
Kayu secang mengandung komponen yang memiliki aktivitas antioksidan dan
antimikrobia.Tumbuhan secang merupakan perdu dengan tinggi 5-10 m, batang dan
percabangannya berduri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar,
batang berbentuk bulat, warnanya hijau kecoklatan. Secang
tumbuh liar dan kadang ditanam sebagai tanaman pagar atau pembatas kebun. Daun
tumbuhan ini bertipe majemuk menyirip ganda, bunganya bertipe majemuk berbentuk
malai dengan mahkota bentuk tabung dan berwarna kuning, buahnya menyerupai buah
polong yang berisi 3-4 biji berbentuk bulat memanjang dan berwarna kuning
kecoklatan.
Panenan kayu
dapat dilakukan mulai umur 1-2 tahun dan kayunya bila digodok memberi warna
merah gading muda, dapat digunakan untuk pengecatan, memberi warna pada bahan
anyaman, kue, minuman atau sebagai tinta (Dianasari 2009).Bagian tumbuhan
secang seperti batang, kulit batang, polong, dan akar dapat digunakan sebagai
pewarna. Warna merah cerah dan ungu muda bisa didapatkan dari batang kulit
batang, dan polong secang. Akar secang sendiri dapat menghasilkan warna kuning.
Warna-warna yang dihasilkan oleh tanaman secang berasal dari senyawa yang
berwarna brazilin (C16H14O5).Brazilin merupakan senyawa antioksidan yang
mempunyai katekol dalam struktur kimianya. Menurut Indriani (2003), kayu secang
dapat digunakan sebagai pewarna alami karena mengandung brazilin berwarna merah
yang bersifat mudah larut dalam air panas. Ditambahkan oleh Holinesti (2009),
brazilin (C16H14O5) memiliki warna kuning sulfur jika dalam bentuk murni, dapat
dikristalkan, larut dalam air, jernih mendekati tidak berwarna dan berasa
manis.
Asam tidak
berpengaruh terhadap larutan brazilin, tetapi alkali dapat membuatnya bertambah
merah. Eter dan alkohol menimbulkan warna kuning pucat terhadap larutan
brazilin. Brazilin akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar
matahari. Terjadinya warna merah ini disebabkan oleh terbentuknya brazilein.
Brazilin jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna
merah kecoklatan dan dapat larut dalam air. Brazilin termasuk ke dalam
flavonoid sebagai isoflvonoid.Stabilitas warna pigmen brazilein juga
dipengaruhi oleh kondisi keasaman atau pH larutan. Pada pH 2-5 pigmen brazilein
berwarna kuning sedangkan pada pH 6-7 berwarna merah, dan pada pH 8 ke atas
berwarna merah keunguan (Holinesti, 2009).
Dalam penelitian
Maharani (2003), tentang stabilitas pigmen brazilein pada kayu secang
didapatkan bahwa suhu dan pemanasan, sinar ultraviolet, adanya oksidator dan
reduktor serta penambahan metal mempengaruhi stabilitas dan mengakibatkan
terjadinya degradasi pada pigmen brazilein.Menurut Winarti dan Nurdjanah
(2005), secara empiris kayu secang dipakai sebagai obat luka, batuk berdarah,
berak darah, darah kotor, penawar racun, sipilis, menghentikan pendarahan,
pengobatan pasca persalinan, desinfektan, antidiare dan astringent. Berbagai
penelitian juga telah dilakukan untuk menguji manfaat kayu secang, seperti
khasiatnya sebagai antibakteri. Menurut Indriani (2003), kayu secang juga
mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan bakteriostatik sehingga sering
digunakan sebagai obat muntah darah, diare dan disentri. Kayu secang mengandung
senyawa brazilin yang diduga memiliki aktivitas antikanker, senyawa fenolik dan
flavonoid sebagai antioksidan dan senyawa aktif lain seperti sappanchalcone dan
caesalpin P yang terbukti memiliki khasiat untuk terapi antiinflamasi,
antidiabetes, dan terapi gout secara in vi
BERSAMBUNG ........




























0 comments:
Post a Comment